Kenapa Kita Gampang Dipengaruhi Buat Belanja?
Eksperimen klasik membuktikan: manusia cenderung ikut mayoritas. Dunia marketing memanfaatkannya lewat influencer, KOL, dan buzzer. Tapi, tahu nggak kapan harus pakai yang mana?
BRAND, MARKETING & BISNIS
6/13/20253 min read


Pernah nggak sih, kamu tiba-tiba pengin beli sesuatu, cuma gara-gara lihat teman kamu posting barang itu di Instagram? Atau mendadak pengin liburan ke tempat tertentu karena lihat story temen-temen yang lagi di sana?
Tenang, kamu nggak sendiri.
Faktanya, manusia memang punya sifat dasar yang sangat mudah terpengaruh oleh orang lain. Ini bukan asumsi asal-asalan ada buktinya, bahkan secara ilmiah.
Eksperimen Klasik: Solomon Asch dan Konformitas


Mari kita kilas balik ke tahun 1951. Seorang psikolog bernama "Solomon Asch" melakukan eksperimen yang terkenal dalam dunia psikologi sosial. Eksperimen ini bertujuan untuk membuktikan seberapa besar pengaruh kelompok terhadap keputusan individu.
Caranya sederhana: sekelompok orang diminta membandingkan panjang garis satu garis utama, dan tiga garis pembanding. Di antara peserta tersebut, beberapa orang sebenarnya adalah bagian dari tim Solomon Asch yang sengaja memberikan jawaban yang salah.
Hasilnya? Sebagian besar peserta mengikuti jawaban yang salah itu, meskipun mereka tahu jawabannya tidak masuk akal.
Eksperimen ini membuktikan bahwa manusia punya dorongan kuat untuk mengikuti mayoritas, terutama dalam situasi sosial. Dorongan ini disebut konformitas dan ini adalah salah satu kekuatan terbesar dalam membentuk perilaku manusia, termasuk dalam konteks konsumen.
Marketer Tahu Ini, dan Mereka Memanfaatkannya


Karena sifat alami manusia yang mudah terpengaruh ini, muncullah berbagai strategi dalam dunia pemasaran untuk “mengarahkan” pilihan konsumen salah satunya lewat endorsement.
Saat ini, banyak brand bekerja sama dengan figur publik yang punya pengaruh, dengan harapan followers mereka akan ikut mencoba produk yang dipromosikan. Tapi, nggak semua orang yang mempromosikan produk disebut influencer.
Ada beberapa kategori yang perlu kamu tahu:
1. Buzzer


Buzzer, dari kata dasarnya yaitu "pendengung", fokusnya adalah bikin ramai. Mereka nggak terlalu peduli dengan personal branding atau kesesuaian produk. Yang penting, konten menyebar dan menciptakan percakapan.
Biasanya digunakan untuk:
Membangun kesan bahwa suatu produk dipakai banyak orang.
"Cheating" algoritma platform supaya konten lebih terlihat.
2. Influencer


Berbeda dengan buzzer, influencer mengandalkan persona dan loyalitas pengikut. Mereka biasanya selektif dalam memilih produk yang akan dipromosikan karena ingin menjaga kredibilitas.
Contohnya seperti:
Selebgram
Artis TV
Content creator dengan basis fans yang kuat
3. KOL (Key Opinion Leader)
Influencer cocok kalau kamu ingin memperluas jangkauan (reach) dan mengasosiasikan brand kamu dengan karakter sang influencer.


Nah, ini lebih spesifik lagi. KOL biasanya punya keahlian khusus di bidang tertentu, misalnya teknologi, keuangan, otomotif, atau kesehatan. Karena dikenal sebagai ahli, mereka sangat selektif dalam menerima kerja sama demi menjaga kredibilitas mereka di mata komunitas.
Kelebihan KOL:
Audiensnya punya minat yang sama dan lebih tersegmentasi.
Trust-nya tinggi karena dibangun lewat rekam jejak profesional.
Jadi, Kapan Gunakan Siapa?
Supaya strategi pemasaran kamu tepat sasaran, kamu bisa gunakan panduan sederhana ini:
Gunakan influencer → untuk menjangkau audiens luas dan mengaitkan brand dengan karakter tertentu.
Gunakan buzzer → untuk menciptakan percakapan viral atau menaikkan visibilitas secara masif dalam waktu singkat.
Gunakan KOL → jika ingin menjangkau komunitas yang memiliki interest khusus dan membangun trust yang lebih dalam.
Dan tentu, jangan lupa untuk mengukur hasilnya. Gunakan metrik seperti engagement rate, reach, conversion, dan lainnya untuk melihat apakah campaign kamu benar-benar efektif.
Pahami cara kerja pengaruh sosial, dan kamu bisa menciptakan strategi marketing yang bukan cuma ramai, tapi juga relevan dan berdampak.
Ingat: dalam dunia yang penuh distraksi ini, kepercayaan dan kredibilitas adalah aset utama.
Mari Menikmati Belajar dan Bermain
aprintoyuwono@gmail.com