Sepak Bola Indonesia (Perputaran Uangnya) Tidak Sebesar itu

Sepak bola Indonesia punya 69% penggemar dari populasi, tetapi nilai perputaran uangnya hanya Rp9 triliun per tahun—jauh tertinggal dari industri seperti game yang mencapai Rp23 triliun. Masalah utama seperti manajemen yang lemah, infrastruktur buruk, dan kurangnya komersialisasi membuat nilai ekonomi sepak bola Indonesia belum sejalan dengan popularitasnya.

SPORT INSIGHTS

10/15/20244 min read

Euforia timnas sedang luar biasa. Setelah rangkaian hasil positif dari anak asuh Shin Tae Yong membawa Jay Izdes dkk bisa sampai ke putaran ke 3 kualifikasi Piala dunia. Rekor yang belum pernah dicapai timnas sebelumnya. Praktis animo masyarakat bahkan yang bukan penikmat reguler sepak bola pun menjadi sangat tinggi.

Sebelum timnas memiliki performa luarbiasa pun penikmat sepak bola di Indonesia sudah sangat tinggi. Sekitar 69% dari penduduk Indonesia menyukai atau memiliki ketertarikan terhadap sepak bola, menurut survei yang dilakukan oleh Nielsen dan Ipsos pada tahun 2022. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat teratas dunia dalam hal jumlah penggemar sepak bola. Dengan populasi Indonesia yang mencapai sekitar 275 juta orang, ini berarti lebih dari 190 juta orang di Indonesia menyukai sepak bola.

Pertanyaanya, dengan jumlah penggemar sebanyak itu, apakah dampak ekonominya juga selaras besarnya?

Pak Erik Tohir menyebutkan perputaran uang di BRI Liga 1 mencapai Rp 9 Triliun.

Kita bandingkan dengan 4 industri dengan perputaran uang terbesar di indonesia menurut BPS:

  1. Manufaktur: Rp3.800 triliun per tahun.

  2. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan: Rp2.470 triliun per tahun.

  3. Pertambangan dan Penggalian: Rp2.280 triliun per tahun.

  4. Perdagangan, Hotel, dan Restoran: Rp2.470 triliun per tahun.

Masih jauh panggang dari api jika dibandingkan dengan sektor sektor tersebut.

Ok ok, pasti tidak fair, karena tidak komparasi apple to apple.

Sekarang kita bandingkan dengan industri game dan e sport. Ternyata mengejutkan perputaran (pendapatan) uangnya mencapai Rp 23 T di tahun 2023. Dengan industri yang terbilang baru pun sudah jauh tertinggal padahal sepak bola indonesia sudah ada sejak kapan tauk.

Kalau mau melihat data yang lebih spesifik lagi, kita perlu memperlakukan sebuah klub sebagai sebuah perusahaan.

Persib ditasbihkan menjadi klub paling kaya dengan market value Rp 86,21 milliar. Angka tersebut masih lebih rendah dengan PT MD Pictures Tbk (FILM) dengan valuasi mendekati Rp 100M, atau lebih rendah jika dibandingkan dengan Ayu Ting Ting yang ditaksir kekayaannya mencapai Rp 215M

Kembali ke angka Rp 9 T menurut Pak Erik tohir tadi, berkontribusi (hanya) sebesar 0,047% dari total PDB indonesia di tahun 2023 yang mencapai 2023. Tentu tidak sebanding dengan jumlah penduduk indonesia yang suka dengan sepakbola yang mencapai 69% dari total jumlah penduduk

Rupanya hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Tetapi di banyak negara Asia yang lain. Di Korea Selatan misalnya, perputaran uang di sepakbola hanya Rp 7.8T atau 0.04% dari PDB. Di Jepang berputar sekitar Rp 20T dan berkontribusi kurang lebih sama, 0,04 dari PDB.

Bedanya adalah prosentase penyuka sepakbola negara tersebut tidak setinggi di Indonesia. Jepang sekitar 50% menyukai sepakbola sedangkan Korea Selatan hanya 35-40%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa angka perputaran uang di sepakbola Indonesia relatif masih rendah. Jauh jika dibandingkan dengan negara maju Asia lainnya, apalagi dibanding sepakbola eropa yang sudah sangat maju. Kontribusi sepakbola Inggis mencapai RP 172 T atau sekitar 0,48% dari PDB (10x lipat dari indonesia)

Mereka paham (terutama sepakbola Inggris) bagaimana mengkomersialisasikan sepakbola, dari membangun klub yang professional hinggi liga yang dibenahi sehingga EPL menjadi liga yang nilai komersial dan hak siar nya sangat tinggi.

Atau bagaimana Real Madrid merekonstruksi asset mereka (Stadion Santiago Bernabeu mempunyai teknologi lapangan yang bisa pecah dan simpan) untuk bisa aktif dipergunakan bukan hanya pada saat weekend ada pertandingan, sehingga revenue pun meningkat signifikan

Kenapa sepakbola Indonesia tidak seperti mereka, atau kenapa nilai perputaran uang nya naik relatif rendah? Banyak alasannya, berikut beberapa alasan :

  1. Management dan tata kelola yang lemah, baik asosiasi, penyelenggara liga, hingga pengurus / management klub. Asosiasi dan penyelenggara... ah sudah lah tau sendiri seperti apa. Sebenarnya ada beberapa opsi yang bagus seperti Bali United yang sampai go public (BOLA) atau Dewa United yang dikelola secara sangat professional, tapi kenyataanya sebagian besar klub lain dikelola secara kurang professional

  2. Infrastruktur kurang memadai. Buruknya standard lapangan / stadion, akses menuju lokasi stadion / pertandingan menjadi salah satu faktor value dan minat banyak orang menjadi malas ke stadion. Ada beberapa sih yang bagus, tapi ya bisa dihitung dengan jari, Misal Gelora Bung Karno, atau Gelora Bandung Lautan Api. Itupun bagus secara bangunan fisik dan kapasitas saja yang bersaing dengan stadion modern di Eropa. Mengenai aksesbilitas, fasilitas dan elemen pendukung lainnya jangan tanya deh.

  3. Keamanan dan keterlibatan penonton yang kurang. Dulu sempat ada masa dimana rasa aman dan nyaman pergi ke stadion itu timbul, tapi sayang turun kembali animo nya karena berbagai kerusuhan sepakbola yang kembali berlangsung

  4. Sistem pengembangan dan kompetisi berjenjang yang berantakan. Liga kelompok umur seperti ada dan tiada.

  5. Kurangnya komersialisasi secara serius. Jika dilakukan dampak ekonomi yang bisa dirasakan oleh penyelenggara, klub maupun stake holder yang lain tentu akan lebih baik

  6. Kesadaran untuk membeli merch / aksesories yang asli. Jangankan merch original, nonton pertandingan pun masih menggunakan link ilegal. Bagaimana bisa uang akan mengalir dengan baik jika para fans tidak melakukan pembelian yang official

Saya tidak memasukkan alasan buying power yang rendah, karena saya yakin sebenarnya banyak fans sepakbola mempunyai buying power yang tinggi, tetapi terkendal masalah - masalah diatas sehingga mereka juga urung / bingung bagaimana dengan baik membelanjakan uangnya ke sepakbola.

Lalu bagaimana solusinya? Solusi nya secara teori mudah, implementasinya yang pasti susah. Counter 6 poin alasan diatas menjadi sebaliknya, maka niscaya sepakbola indonesia dampak ekonominya bakal menjadi jauh lebih besar.

Berandai andai, jika seluruh poin2 diatas bisa diperbaiki sehingga rate perputaran uang sepakbola indonesia menjadi seperti di Inggris (0,4%), nilai perputaran uang sepakbola Indonesia menjadi Rp 90T. Itu setara nilai pendapatan BNI atau Adaro Energy di 2023.

Jika amit amit tidak bisa diperbaiki, maka selamanya sepakbola hanya akan menjadi komoditas pengumpul massa, dan dimanfaatkan oleh orang - orang yang tidak benar - benar mencintai sepak bola untuk kepentingan pribadinya. U know laa...

Referensi & source data:

(https://dataindonesia.id/olahraga/detail/penggemar-sepak-bola-indonesia-terbanyak-di-dunia-pada-2022)

https://www.bola.net/indonesia/duit-fantastis-di-sepak-bola-indonesia-erick-thohir-hak-siar-timnas-rp56-miliar-perputaran-ua-9b2984.html

https://selular.id/2024/03/pendapatan-game-di-indonesia-capai-rp236-triliun-di-tahun-2023/

https://www.idntimes.com/sport/soccer/yogama-wisnu-oktyandito/klub-terkaya-di-indonesia

https://www.telkomsel.com/jelajah/jelajah-lifestyle/10-artis-paling-kaya-di-indonesia-ada-deddy-corbuzier

https://nielsensports.com/world-football-report/

https://www.fortuneidn.com/fortune-indonesia-100